Jombang (beritajatim.com) - Sungguh malang nasib Muhammad Rio Maulana (13), warga Desa Badang, Kecamatan Ngoro, Jombang. Dia babak belur dan harus menjalani perawatan di rumah sakit karena dianiaya tujuh temannya yang berbeda kelas. Pemicunya persoalan sepele, yakni suara knalpot.
Rio mengalami retak pada tulang tangan. Selain itu juga trauma berkepanjangan. "Sudah lima hari ini saya tidak masuk sekolah. Saya takut. Tangan saya juga masih sakit," ujar Rio sembari menunjukkan tangannya yang masih terbalut perban, Kamis (12/10/2017).
Bocah kelas VII SMP Negeri 2 Ngoro ini berkisah, pengeroyokan itu bermula ketika dirinya memarkir sepeda motornya di sekolah sebelum jam pertama dimulai. Rio sangat kaget, karena tiba-tiba didatangi tujuh orang yang merupakan kakak kelasnya.
Tanpa babibu, mereka langsung mengeroyok korban. Tendangan dan pukulan mendarat empuk di tubuh anak dari pasangan Sukadi dan Samutri ini. Rio ambruk, Dia menderita luka memar di bagian kepada dan tangan.
Melihat korbannya tak berdaya, para pelaku kemudian meninggalkan lokasi. Namun sebelum beranjak, mereka masih sempat menebar ancaman. Salah satu pelaku meminta agar korban tidak bercerita kepada orang lain kalau habis dikeroyok.
Pelaku meminta agar korban berlasan jatuh dari motor. Jika sampai Rio membocorkan ikhwal pengeroyokan itu, maka korban akan dihajar lebih parah lagi. "Kemudian saya ditolong penjaga sekolah dan diantar pulang," urainya dengan suara berat.
Samutri, orangtua korban, kaget ketika melihat anaknya pulang dari sekolah dengan kondisi babak belur. Dia tidak terima. Namun seiring laju waktu, ada upaya damai dari sekolah. Bahkan orangtua dari tujuh pelaku tersebut dipanggil ke sekolah.
Hasil mediasi, tujuh wali murid tersebut hanya dibebani biaya pengobatan korban. Semuanya menyatakan kesangguan, semuanya menganggukkan kepala. "Namun sampai sekarang mereka belum melaksanakan kesanggupan tersebut. Biaya rumah sakit saya tanggung sendiri," kata Samutri.
Bagaimana respon pihak sekolah? Wakil Kepala SMP Negeri 2 Ngoro, Budi Mukti membenarkan bahwa sudah ada tindak lanjut penyelesaian kasus tersebut. Diantaranya, kesanggupan dari wali murid tujuh pelaku menanggung biaya pengobatan korban.
Namun Budi belum bisa berpanjang lebar terakit belum dilaksanakannya kesanggupan itu. "Yang pasti kita sudah mediasi. Bahwa biaya pengobatan korban ditanggung orangtua para pelaku," kata Budi singkat.
Samutri kembali menandaskan, penyelesaian kasus yang menimpa anaknya belum tuntas. Makanya, Samutri akan melapor ke polisi jika tidak ada niat baik dari keluarga pelaku. "Kalau jadinya seperti ini, lebih baik saya lapor polisi," pungkasnya. [suf]
No comments:
Post a Comment